Jumat, 24 Februari 2017

silence won't solve anything

Hidup bersama orang lain yang berbeda latar belakang, norma-norma, dan kebiasaan seringkali membuat kita bertemu dengan yang namanya masalah. Gesekan-gesekan dalam hubungan pasti ada dan itu wajar. Yang tidak wajar adalah ketika kita diam dan menjauh saat masalah itu datang.

Kemarin aku mengalami hal yang tidak menyenangkan, internet di kost mati total dari sore sampai tadi pagi. Aku sempat menghubungi ibu pemilik kost via Whatsapp, tapi nggak direspon, dibaca pun nggak. Rasanya kesal, karena aku butuh penjelasan dan penyelesaian segera. Internet sudah jadi bagian yang penting dalam keseharianku. Mungkin kalau ibu kost membalas pesanku, aku bisa lebih tenang walaupun internetnya nggak serta merta aktif setelah aku mendapat balasan. Aku sadar yang aku butuhkan saat keadaan itu pertama-tama adalah respon, baru kemudian tindakan penyelesaian. Ya aku mencoba mengerti, mungkin ibu nggak hanya dapat komplain dariku, atau ibu punya kesibukan lain.

Mungkin saat membaca judul tulisanku kali ini, sebagian pembaca berpikir, "ah masa sih? Selama ini diam aja masalah beres kok", atau mempunyai prinsip wait and see, "ah lihatin aja dulu, nanti juga ketemu jalan keluarnya", atau pembaca adalah orang yang malas confront masalah, sehingga lebih banyak diam saat masalah itu muncul, istilahnya 'cinta damai', atau ada juga yang menghindar dari orang yang bermasalah dengannya, tetapi malah curhat ke orang lain, atau lebih parahnya curhat di medsos. Disini aku mau berbagi, berdasarkan pengalaman yang pernah aku alami, diam nggak akan menyelesaikan masalah. Mengapa? Karena diam hanya akan menimbun masalah itu, dengan bantuan waktu, semakin dalam sampai akhirnya dilupakan. Tetapi jika masalah tsb kemudian diangkat lagi, masih ada perasaan janggal yang tertinggal di hati. Lain halnya dengan masalah yang diselesaikan. Diselesaikan disini bisa dengan banyak cara, kalau dalam kasusku diselesaikan dengan diskusi, penjelasan, yang semacam itu. Penyelesaian masalah bisa langsung mengakhiri perasaan mengganjal itu, dan hubungan dengan orang yang bersangkutan juga dipulihkan, ditambah lagi karena sudah mengalami gesekan biasanya akan lebih akrab satu sama lain.
Terkadang, masalah yang didiamkan saja dan kita anggap selesai, belum tentu selesai di mata orang lain yang bersangkutan. Bayangkan mereka harus memendam ganjalan masalah di dalam hatinya sampai kemudian terlupakan, tapi harus mengingatnya lagi jika suatu hari tidak sengaja terbahas atau terangkat, dan harus menahan dirinya menghindar dari kalian, atau bersandiwara seakan tidak terjadi apa-apa di antara kalian sementara dalam hatinya bertanya-tanya "kok dia gitu banget sama gue?"

Aku pernah ribut dengan temanku, well, bukan tonjok-tonjokan. Lebih ke masalah antar wanita. Nah ini juga menjadi suatu hal yang sudah mendarah daging di budaya kita, yang menurutku salah. Entah mengapa, masalah antar wanita, walaupun sepele, akan membutuhkan waktu yang sangaaaat lama sampai akhirnya kedua pihak bisa akrab kembali. Lain halnya dengan laki-laki yang pagi berantem, sore udah rangkul-rangkulan lagi. Aku ingin wanita yang mempunyai masalah dengan wanita lain bisa segera menyelesaikan masalah mereka saat itu juga, atau setidaknya sebelum hari berganti, seperti yang dilakukan kaum laki-laki. Jujur saja, sebenarnya nggak enak kan punya masalah sama orang? Kita jadi otomatis menghindar atau menahan diri saat bertemu atau berada di situasi yang mengharuskan kita berada dalam lingkup yang sama dengan mereka. 

Suatu hari aku pernah bertanya ke temanku yang sedang mengalami masalah denganku, "kok diam aja? aku butuh penjelasan lho." dan direspon dengan "iya soalnya kalo dijawab nanti kita clash" disitu aku berpikir, ternyata ada tipe orang yang lebih suka diam dan menghindar saat mengalami masalah. Aku pun terkadang bisa menjadi seperti itu, tapi sekali lagi aku mengingat bahwa diam nggak akan menyelesaikan apapun. Aku mencoba membicarakan masalahku dengan dia, kami sama-sama berkompromi, memaklumkan perbedaan kebiasaan kami, sehingga masalah bisa teratasi. Hubungan kami bisa kembali seperti biasa lagi, dengan level pengertian yang meningkat.

Aku percaya dengan quote "keterbukaan adalah awal dari pemulihan", dalam hal ini keterbukaan dalam menyampaikan pendapat yang berbeda ya. Dengan mengatakan apa yang kita rasakan atau pikirkan, sebenarnya kita adalah orang yang berani lho. Tentu cara penyampaian juga penting, agar tidak menyinggung perasaan. Jadi untuk pembaca yang saat ini sedang berada di situasi tidak mengenakkan bersama orang di sekitar kalian, entah itu karena salah paham atau perbedaan cara pandang, selesaikanlah segera, bicarakan dari hati ke hati, pasang hati yang terbuka dan siap menerima semua pendapat, mudah-mudahan semua masalah bisa terselesaikan dan hubungan kembali seperti semula, You have to speak up, so others can understand you more.

Semoga menginspirasi! Have a nice day! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar