Selasa, 28 Maret 2017

filthy language


Halo, gak terasa kita sudah sampai di penghujung bulan ketiga di tahun 2017. Kali ini aku mau membahas tema yang cukup serius tapi sering diabaikan oleh kebanyakan orang, yaitu filthy language. Apa sih arti filthy language? Kalau menurut hasil googling, filthy language itu kata-kata makian. Yang termasuk ke dalam kata-kata makian itu banyak, kata-kata yang bermakna kasar, tidak sopan, sumpahan, makian, kata-kata jorok, kata-kata bermakna vulgar, dan kata-kata yang bermaksud mengutuk (cursing). Gak perlu lah ya aku sebutin disini contoh kata-katanya seperti apa, pembaca pasti langsung terbayang maksudku.


Dalam pergaulan di kalangan remaja dan dewasa muda, pasti pembaca gak asing lagi dengan kata-kata kasar karena sudah sering mendengarnya diucapkan oleh teman-teman, atau bahkan pembaca sendiri sudah sering menggunakan kata-kata sejenis. Mengapa aku katakan ini tema yang cukup serius tapi sering diabaikan? Karena sebagian besar orang berpikir mengucapkan makian adalah hal yang wajar, padahal sebenarnya tidak. Bagi orang-orang yang tidak memakai kata-kata kasar dan makian dalam percakapannya, mendengar kata-kata tersebut dari orang lain benar-benar membuat telinga panas lho.

"Namanya juga anak muda, wajar lah ngomong gitu."
"Biasa aja kali ngomong gitu doang, yang lain juga sering."
"Uda kebiasaan dari dulu."
"Gw ikut-ikutan temen-temen gw aja."
"Makian uda jadi darah daging dan identitas gw."
"Kalo ga ngomong gitu rasanya ada yang kurang."
"Biasalah cowok mah emang suka ngomong kayak gitu."
Kira-kira begitu respon orang-orang kalau ditanya perihal bahasa kasar. Kalau dipikir-pikir, kebanyakan orang mengucapkan kata-kata kasar karena kesal atau kaget. Ada juga yang setiap bicara selalu menambahkan kata-kata seperti itu di awal atau akhir kalimatnya, semacam sudah menjadi kebiasaan.
Sebenarnya apa yang kita ucapkan merupakan cerminan dari isi pikiran kita. Jika yang kita ucapkan adalah kata-kata yang baik, berarti isi pikiran kita baik. Sebaliknya, jika yang kita ucapkan seringnya adalah makian dan kata-kata kasar, it means something is wrong with your mind.
Menggunakan kata-kata tersebut gak berarti apa-apa dan gak akan bikin keren,.Malah memberi kesan kasar dan tidak sopan. Lantas gimana caranya menghentikan kebiasaan berbicara kasar? Satu-satunya cara adalah mempunyai pengendalian diri yang baik. Pengendalian diri yang baik dimulai dengan pengertian yang baik. Dulu saat kelas 6 SD aku termasuk orang yang suka bicara kasar, karena diajari oleh teman sebangku yang bandel. Tapi saat masuk SMP, aku mulai berpikir bahwa bicara kasar hanya akan merusak citra diriku. Masuk perguruan tinggi, aku diajarkan oleh teman-teman komunitas untuk memperkatakan hal-hal yang membangun, karena ucapan tidak hanya cerminan pikiran kita, tapi juga doa. Bagaimana bisa maju jika yang diperkatakan adalah kata-kata tidak berguna? Teknik paling manjur untuk menahan diri agar terhindar dari mengucapkan kata-kata kasar adalah berpikir dahulu sebelum berbicara, atau jaman sekarang chat.
"Choose your words wisely, put your brain in gear, before you put your mouth in action."
Kata-kata makian tidak hanya yang bunyinya kasar lho, tapi juga yang membawa-bawa Tuhan, misalnya goddamnit, atau yalord. Kata 'anjir' juga menurutku adalah kata yang tidak pantas diucapkan. (Aku tidak pernah mengucapkannya lho, serius!) karena menurutku itu plesetan dari kata kasar kebun binatang.


Beberapa orang jatuh ke dalam kebiasaan berkata-kata kasar karena terbawa oleh teman sepermainannya. Menurutku, saat berada dalam kelompok pertemanan, kita tidak harus kok menerima semua yang ditawarkan oleh teman-teman kita, termasuk jika mereka sering berkata kasar. Kita bisa lho tetap menjaga ucapan kita dan justru memberi contoh pada teman-teman kita kalau kita masih bisa terlihat keren dan gaul tanpa harus mengucapkan makian.

Aku harap tulisan ini bisa menjadi bahan perenungan dan pertimbangan untuk teman-teman yang sering mengucapkan makian. Euphemism terkadang menjadi solusi yang ditawarkan untuk orang-orang yang sulit melepaskan kebiasaan memaki. Euphemism adalah mengucapkan kata lain sebagai ganti kata yang dianggap kasar, agar lebih enak didengar. Mungkin bagi sebagian orang ini sudah menjadi solusi final, tapi menurutku euphemism akan sama hasilnya dengan 'anjir', yaitu kita menggantikan kata 'anj***' dengan kata lain yang mirip, yang maksudnya tetap untuk memaki.
Jika kita bisa berhenti memaki, mengapa harus lanjut memaki? Walaupun itu dengan kata-kata yang sudah dibungkus cantik dengan kata plesetan.
Mulai hari ini, mari kita belajar untuk memperkatakan hal-hal yang positif dan bermanfaat. Semoga menginspirasi! Have a nice day :D

Rabu, 15 Maret 2017

respect the inferior


Halo, hari ini aku tergelitik untuk membahas tentang honor dan respect. Apa bedanya? Kalau kita cek di google translate, artinya sama-sama menghormati sih. Tapi aku mau tekankan bahwa menghormati antara to honor dan to respect itu berbeda. To honor itu menghormati karena jabatan, usia, kedudukan, jasa, dan sejenisnya, singkatnya menghormati seseorang atas apa yang menempel padanya, atas apa yang telah ia perbuat, atas prestasinya, atau atas keberhasilannya. Sedangkan to respect itu menghormati terlepas dari segala embel-embel yang aku sebutkan di atas. To respect berarti menghormati seseorang karena dirinya sendiri sebagai seorang individu, tidak peduli orang tersebut kaya atau miskin, pernah berbuat baik padamu atau tidak, memeluk agama yang sama atau tidak, berasal dari ras atau keturunan yang sama atau tidak, pekerjaannya tinggi atau tidak, respect sebaiknya diberikan sama rata pada semua orang. Kali ini aku akan membahas lebih jauh dari segi pekerjaan dan status.

Di dekat tempat kost ku ada sebuah supermarket. Aku lumayan sering berbelanja disana, jadi aku menyadari jika ada perubahan sedikit saja dalam penataan layout toko, mbak-mbak kasir yang sekedar berpindah posisi kasirnya, atau jika ada mbak kasir yang baru mulai bekerja. Awal-awal aku berbelanja disana, aku tidak pernah menatap mata mbak kasir saat ia mengucapkan terimakasih. Lalu aku berpikir, aku saja kalau sedang berbicara dan tidak ada yang perhatikan, rasanya kesal dan sedih. Apalagi mbak kasir? Yang setiap harinya melayani puluhan bahkan ratusan pembeli, mengucapkan terimakasih sambil menatap ke arah pembeli tapi pembeli hanya menatap ke arah bawah tanpa menghiraukan mbak kasir. Lama kelamaan aku sadar ada perubahan pada pelayanan kasirnya, mereka menyilangkan sebelah tangannya di dada sambil mengucapkan terimakasih plus dengan seyuman. Sejak saat itu aku selalu menatap balik mbak kasir lalu mengucapkan terimakasih kembali, aku ingin mbak kasir merasa bahwa masih ada yang menghargai dia yang berprofesi sebagai kasir supermarket.


Dari cerita singkatku di atas, aku ingin kita semua mulai menaruh respek pada orang-orang yang selama ini kita anggap mungkin kelasnya lebih rendah dari kita, yang bekerja sebagai kasir supermarket, tukang ojeg, tukang pecel lele depan rumah, officeboy di mall, pekarya di kampus, sopir, bahkan asisten rumah tangga. Dengan menatap mata mereka saat berbicara, mengucapkan terimakasih jika sudah dibantu, menyemangati pekerjaan mereka, meminta tolong dengan sopan tanpa terkesan bossy, pokoknya menganggap keberadaan mereka dan memosisikan diri dengan kedudukan yang sama. Karena mereka sama saja seperti kita, sama-sama manusia berakal budi dan berperasaan, yang kebetulan nasibnya mungkin tidak seberuntung kita. Mungkin menaruh hormat pada orang yang kaya, yang berjasa, atau yang berkedudukan tinggi rasanya mudah dilakukan dan otomatis tersistem di dalam pikiran kita. Namun, menaruh respek pada orang dengan 'kelas' yang kita anggap berada di bawah kita terkadang membuat kita berpikir dua kali. Butuh pemahaman bahwa terlepas dari pekerjaan mereka dan status pendidikan mereka, mereka adalah sama seperti kita. Jadi, perlakukanlah mereka sama dengan teman-teman kita.

Beberapa kali aku datang ke kampus, dan terpaksa melewati lantai yang sedang dipel oleh petugas kebersihan. Rasanya guilty luar biasa, apalagi jika aku ingat kalau sepatuku sedang kotor-kotornya karena hujan atau habis menginjak kubangan air. Biasanya aku akan bilang 'permisi ya pak' atau 'maaf ya pak jadi ngotorin', intinya menegur petugasnya. Lagi ngepel tapi diinjak-injak oleh sepatu yang kotor pasti sebal rasanya, karena aku sendiri sebal kalau hasil kerjaku diacak-acak orang lain. Pak petugasnya juga pasti akan lebih senang, setidaknya mereka akan membersihkan kembali jejak kotor kita dengan perasaan yang lebih tenang karena ada yang menganggap pekerjaan mereka.

Intinya adalah menghargai keberadaan mereka dan perasaan mereka. Walaupun bagi kita tidak berarti apa-apa dan tidak membawa dampak besar dalam hidup kita, ucapan terimakasih atau sekedar meminta dengan sopan dan dengan senyuman, bisa mengubah mood mereka seharian loh.
They are happy because somebody finally notice and acknowledge them as a person, not because of what they have or what they do.
Dengan memperlakukan mereka dengan hormat, mereka pasti akan lebih menghormati kita. Ada pepatah yang mengatakan bahwa 'untuk mendapatkan penghormatan, kita harus menghormati terlebih dahulu.' 

Semoga menginspirasi! Have a nice day! :)

Senin, 13 Maret 2017

how people should think about relationship


Halo, akhirnya ada juga tulisan yang dilahirkan setelah sekian lama nggak ngepost. Akhir-akhir ini aku banyak ngobrol dengan banyak orang tentang hubungan pacaran, bagaimana sudut pandang mereka, dan tujuan mereka dalam berpacaran. Tentu setiap orang punya pandangan masing-masing ya soal hal ini, aku nulis ini bukan bermaksud 'menyetir' setiap pembaca untuk punya prinsip yang sama denganku, aku disini mau share isi pikiranku aja. Jadi mari dibaca dan dicerna dengan pikiran dan perasaan terbuka. No hurt feelings :D


Tujuan pacaran tuh apa sih sebenarnya? Setelah aku mengalami ((pahit manisnya)) hubungan dengan lawan jenis, aku jatuh pada kesimpulan bahwa tujuan pacaran satu-satunya adalah untuk menikah. Pembaca pasti berpikir, ada pasangan yang hubungannya langgeng aja tuh, padahal kalau ditanya, 'mau dibawa kemana hubungan ini?' jawabannya ga jelas dan ga ada pasti-pastinya, yaitu 'jalanin dulu aja'. Jujur, dulu aku berpikir pacaran bisa dimanfaatkan untuk killing time, mengisi kesepian, menepis kebosanan, dan ya biar keren aja; ga jomblo. Tapi kemudian aku sadar bahwa pacaran yang model begitu ga akan membuat kita bahagia lama-lama. Mungkin awalnya manis, tapi lama-lama jadi hambar dan ga ada artinya. Ujung-ujungnya kita hanya akan merasakan patah hati yang ga perlu, karena ga bisa melangkah maju dengan hubungan itu. Masa selamanya kita mau pacaran melulu sama pasangan kita? Untuk menikah pasti banyak hal yang harus kita pertimbangkan dari pasangan kita, kalau dirasa memang gak bisa dibawa ke pelaminan, untuk apa dilanjutkan?

Mungkin ada kenalan pembaca, atau pembaca sendiri yang berhubungan selama bertahun-tahun tapi merasa hubungannya hanya jalan di tempat. Sudah saatnya mulai memikirkan hubungan yang jangka panjang dan bukan untuk sekedar senang-senang dan supaya ada yang memperhatikan 24 jam, atau lebih parahnya urung berpisah karena hubungan yang sudah lama dibina. Pacaranlah saat kedua pihak sudah merasa utuh dan dewasa, dalam arti tidak pacaran karena merasa kesepian. Aku pernah membaca sebuah tulisan di blog, yang mengatakan bahwa pacaran saat kedua pihak merasa kesepian akan menghasilkan hubungan yang penuh dengan kecurigaan dan sifat yang posesif. Pacaran tidak sesimpel saling suka lalu jadian. Pacaran seperti ini akan menuntun kita pada akhir yang tidak menyenangkan. Beberapa kenalanku ada yang sering gonta-ganti pasangan, dan bangga karena mempunyai mantan yang banyak. DUH *facepalm* Kita ga seharusnya bangga jika mempunyai mantan yang banyak, karena mempunyai mantan yang banyak berarti bukti bahwa kita tidak mampu dan gagal dalam menjalani hubungan pacaran dengan baik. Mengapa tidak mampu menjalani hubungan pacaran dengan baik? Karena tujuan pacarannya hanya main-main, mengisi waktu luang, dan berprinsip 'jalanin aja dulu'. As simple as that. Karena berprinsip seperti itu, saat masalah datang, dengan gampangnya 'putus' menjadi solusi bagi berdua. Lantas bagaimana dengan orang yang sudah terlanjur gagal dalam hubungan berpacaran berkali-kali? Ubah mindset bahwa pacaran tidak untuk main-main, tapi komitmen jangka panjang untuk saling mengenal satu sama lain sampai tiba di pernikahan.
Mantan adalah bukti kegagalan kita dalam menjalani hubungan percintaan, bukan sesuatu yang harus dibanggakan seolah medali yang dikoleksi.
Bagi pembaca yang seumuran denganku dan belum pernah menjalani hubungan pacaran, kalian harus berbangga hati. Jangan lantas berkecil hati, apalagi karena lingkungan sosial jaman sekarang yang seakan memandang orang yang belum pernah berpacaran sebagai orang yang cupu, culun, dan ejekan sejenisnya. Bersyukurlah karena pembaca masih sendiri sekarang karena dipersiapkan jodoh yang terbaik oleh Tuhan, Bersyukurlah karena pembaca telah dilindungi dari patah hati yang tidak perlu dan pemborosan waktu yang tidak berarti.
Lebih baik sendiri daripada berada dalam hubungan yang salah.

Daripada berfokus mencari pasangan karena latah oleh teman-teman yang sudah memiliki pasangan lebih dulu, lebih baik jika kita berfokus dalam meningkatkan kualitas diri sendiri dan berteman sebanyak-banyaknya, agar di saat yang tepat, kita dipertemukan oleh seseorang yang sepadan. Karena aku yakin, seorang yang baik kualitasnya, standar pasangannya juga akan meningkat. 'Pangeran akan jatuh cinta pada putri, bukan pada monyet.'

Semoga menginspirasi! Have a nice day! :)